Tampilkan postingan dengan label Indonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Indonesia. Tampilkan semua postingan

Kamis, 08 Agustus 2013

Legenda Burung Keblak (Keblek)

By: copy paste uye On: 10.51
  • Share The Gag
  • Salam sahabat jitu, selamat hari raya idul fitri 1434 H, bagi yang merayakan. Artikel dalam label baru saya luncurkan hari ini, terkait dengan tidak sedikitnya orang-orang yang masih mempercayai adanya legenda, baik itu mitos ataupun kepercayaan-kepercayaan yang bersifat mistik ataupun spritual. Indonesia memang surganya legenda. Nah pada artikel pertama ini saya akan buka dengan legenda tentang sebuah atau tepatnya burung, burung ini bukan burung sembarang karena burung ini turut muncul dalam kehidupan saya, tepatnya di sebuah desa kampung halaman orantua saya di Jawa.
    Oke, burung yang satu ini memang merupakan legenda asli Indonesia, dan terkenal dari jaman nenek moyang dahulu. Tapi karena modernisasi saat ini yang berkembang pesat, kehadiran mereka semakin dipertanyakan, dalam pikiran saya pun ada pernyataan seperti ini "Kemana mereka yang dulu pernah eksis menghilang ?". Cukup canda guraunya. Kita fokus ke masalah kita, nama burung ini adalah burung Keblak/Keblek, itu adalah nama yang cukup populer untuknya, yahh meskipun didaerah lain mungkin menyebutnya berbeda.
    Lalu makhluk jenis apakah burung ini ? binatang atau lelembut ? atau hanya legenda untuk menakuti anak kecil. Dikatakan bahwa burung keblak adalah lelembut/makhluk halus berwujud binatang. Lalu adakah arti akan kehadirannya ? Sampai saat ini ada sebagian orang yang mengakui bahwa hadirnya burung keblak ini adalah untuk mengingatkan bahwa ada orang terdekat, entah itu saudara atau teman sejawat yang nyawanya sudah ingin berpulang, (burung ini tidak mencabut nyawa !). 
    Ilustrasi ini bukanlah sosok sebenarnya
    Tanda-tanda hadirnya burung keblak ini, yakni akan terdengar dengan jelas ditengah malam suara kepakan sayapnya yang besar (dari sinilah nama Keblak/keblek berasal), "bleg… bleg… bleg…" terkadang bunyinya seperti ini "bleg… bleg… bleg…sirrrrrrr" (sirrrr dipercaya bunyi dari paruh atau mulutnya) dan biasanya akan mengitari rumah dimana orang yang diberitahukan kabar duka ini menetap, bahkan walau hanya menginap (bukan rumah orang yang akan meninggal). Jarang sekali hanya pada satu sisi rumah ia muncul atau terdengar kepakannya, lebih sering bunyi kepakan terdengar mengitari rumah, meskipun agak sedikti lama, karena ia suka hinggap di pohon disekitar rumah tersebut. Suara ini mempunyai ritme berbeda dengan kepakan burung pada umumnya, suara yang betul-betul membuat bulu kudu saya sedikit merinding. Ada yang mengatakan juga dahulu keblak lebih sering muncul di tempat wingit, angker atau sengaja dipasang pagar gaib oleh orang jaman dahulu. Ada lagi yang berpendapat bahwa dia adalah penunggu api di dapur sebagai penunggu luweng atau jaman dulu tempat padupan pemujaan.
    Kemudian ada pertanyaan lagi bukan, seperti apa sosok asli si burung keblak ini. Menurut beberapa sumber baik catatan atau saksi hidup, burung keblak ini merupakan sebuah lelembut jenis binatang yang sosoknya seperti kalkun, ayam jago, kelelawar, warna dominan hitam pekat, setinggi pinggang orang dewasa, berkepala manusia (menyerupai kelelawar) dengan ukuran kecil, mata merah, bersayap kelelewar, cara jalan seperti burung (ada yang menyebutkan bahwa kakinya hanya satu), tidak berbulu, bertaring panjang, berperut buncit, bunyi yang terdengar adalah bunyi dari gesekan kepakan sayapnya. Dalam beberap kasus disebutkan bahwa burung keblak ini merupakan burung siluman yang menyeramkan, dan sebagian meyakini sebagai Garuda, dalam bentuk gaib sesuai dengan cerita jawa kuno.
    Itu adalah sedikit penggambaran si burung keblak ini, cerita tentang keblak ini pun bisa dilihat jelas di ornamen dinding beberapa candi di Indonesia, alur cerita wayang, dsb. Anehnya dalam pewayangan terkadang burung keblak menjadi informan yang terpercaya karena sifatnya yang netral, artinya tidak terikat oleh makhluk lain. Keblak dalam cerita "Taman Keputren Pasir Luhur" menjadi pemberi kabar baik bagi Bungsu Ciptarasa yang  menanyakan kepada burung Keblak perihal keadaan Raden Kamandaka. Burung Keblak memberi isyarat bahwa Raden Kamandaka masih hidup, maka Bungsu Ciptarasa merasa sangat gembira.
    Ilustrasi ini bukanlah sosok sebenarnya
    Makhluk jenis ini memang bukan makhluk yang bisa dipelihara manusia, di usik manusia, makhluk seperti ini biarlah menjadi makhluk misterius yang lestari, terjaga, dengan tetap menghargai satu dengan yang lain. Anda boleh percaya, boleh juga tidak, tapi jika anda tanyakan saya, saya akui burung keblak ini memang ada baik itu dalam sejarah jawa, atau kenyataan sekarang ini, saya dan ibu saya adalah saksi tentang keunikan burung mistis ini. (Jangan samakan dengan makhluk astral diluar negeri, karena kebanyakan makhluk yang ada disana sudah dimanipulasi terlebih dahulu). Burung ini tidak bisa dipanggil atau dibuktikan dengan sengaja, mereka hadir tidak bisa diprediksi, sebagian malah hampir tidak terlihat (kasat mata), hanya bunyi kepakan sayap besarnya saja yang terdengar jelas membelah sunyi malam.
    Itulah sedikit informasi legenda burung keblak, semua ini adalah rahasia Tuhan Yang Maha Kuasa, kita sebagai manusia yang lebih tinggi derajatnya dari pada setan dan jin, harusnya tidak takut dan bergantung pada mereka. Oke sampai disini dahulu artikel perdana legenda, sampai jumpa diartikel berikutnya, salam sahabat jitu.

    Jumat, 05 April 2013

    Video Polisi Korupsi di Bali

    By: copy paste uye On: 02.24
  • Share The Gag
  • Salam sahabat jitu. Kali ini ulah aneh Polisi mencuat lagi. Parahnya ulah polisi ini adalah memalak seorang turis yang sedang liburan di Bali. Seorang turis asing asal Belanda bernama Van der Spek mengendarai skuter di Kuta, Bali, tanpa mengenakan helm. Di depan Pos Polisi Lio Square dia dihentikan oleh seorang polisi, dan diajak masuk ke pos polisi itu. Di situ, polisi yang tidak diketahui nama dan NRP-nya itu karena tertutup rompi hijau khas polisi yang dikenakannya itu berkomunikasi dengan gayanya yang over acting dengan Van der Spek.

    Ketika Van der Spek menanyakan, apa salahnya. Si polisi menunjukkan kepalanya sambil memamerkan senyumnya yang menjijikkan, memberi isyarat bahwa kesalahan si bule adalah tidak mengenakan helm.
    “Apakah saya bisa melihat SIM anda?” Tanya si polisi dalam bahasa Inggris. Sebelum bule itu menjawabnya, polisi itu melanjutkan, “Ah, saya tahu, pasti anda tidak membawanya. Tertinggal di hotel, atau di villa?”
    “Anda bisa membaca pikiran saya,” puji Van der Spek.
    Si polisi merasa senang dipuji. Tidak sadar bahwa kelihatannya bule itu sengaja menyanjungnya. Polisi itu kemudian memberitahukan bahwa karena kesalahannya itu, Van der Spek harus membayar denda Rp. 1.250.000, plus harus ikut sidang di pengadilan di Denpasar. Van der Spek bilang, “Wouw …” Si polisi menawarkan “jasa baiknya,” katanya, Van der Spek bisa membayarnya saja Rp. 200.000, dan tidak perlu ikut sidang di Pengadilan Denpasar.
    Van der Spek pun membayar si polisi Rp 200.000, terdiri dari 4 lembar Rp. 50.000.
    Polisi itu mempersilakan Van der Spek melanjutkan perjalanannya. Ketika Van Der Spek menanyakan tentang helm, polisi itu memberi garansi bahwa hari ini Van der Spek boleh tidak pakai helm di kawasan yang dijaganya. Tetapi besok, harus pakai helm.
    Ketika Van der Spek sudah duduk di atas skuternya, polisi itu bertanya, hendak kemana? Van der Spek menjawab, Mau minum bir di ruangan ber-AC. “Oh, bir?! Bagaimana kalau minum di sini saja?” tawar si polisi. Si bule setuju. Polisi itu pergi beli bir, Van der Spek menunggunya di pos polisi.
    “Seratus ribu untuk bir, seratus ribu untuk pemerintah saya!” Seru si polisi.
    Tak lama kemudian polisi itu kembali sambil membawa 3-4 botol Bir Bintang berukuran besar. Dengan terus menunjukkan ekspresi gembiranya karena sudah dapat duit ditraktir bir lagi. Seorang polisi lain, teman polisi yang menilang Van der Spek itu pun terlihat ikut menikmati bir tersebut.
    “Saya cukup satu saja,” kata si bule, “Karena saya mengemudi. Anda polisi … ” Maksudnya mungkin mau mengingatkan polisi itu. Sebagai polisi yang sedang bertugas jang minum bir banyak-banyaks
    No problem! No problem!” Jawab si polisi.
    Van der Spek dan polisi itu melakukan toast bersama, menikmati bir itu sambil bercakap-cakap sebentar sebelum si bule pamit.
    “Hari ini sudah berapa banyak turis yang anda tangkap?” Pancing Van der Spek.
    “Tiga,” jawab si polisi.
    “Ini rahasia … sampai hari ini sudah dapat berapa banyak dari turis?” Tanya Van der Spek sambil tertawa. Polisi itu juga tertawa, seolah bangga dengan pemalakannya itu. “Yang pertama, Rp 200.000. Yang kedua,
    anda, Rp. 200.000, dan yang ketiga Rp. 100.000,” jawabnya. Jadi, sampai saat itu dia sudah dapt Rp.
    500.000 dari tiga turis.
    Demikian rekaman peristiwa yang dapat dilihat di tayangan You Tube, yang baru saja diunduh pada 1 April 2013, dengan judul Polisi Korupsi di Bali/Corruption Police in Bali itu. Sampai saat tulisan ini dibuat
    sudah dilihat sebanyak 5.019 kali. Bisa anda lihat di akhir tulisan ini.
    Kelihatannya video yang diambil secara sembunyi-sembunyi ini dilakukan dengan cermat dan dilakukan editing sebelum ditayangakan di You Tube, sehingga kelihatan hasilnya cukup bagus. Selain kamera tersembunyi yang dibawa Van der Spek itu (kemungkinan adalah dari ponselnya) juga ada kamera lain yang mengambil gambar dari jarak jauh ketika Van der Spek dihentikan polisi itu dan diajak masuk ke pos polisi. Siapakah yang mengambil tayangan tersebut? Apakah teman Van der Spek? Berarti, mereka sudah mengantisipasi kejadian tersebut sebelumnya?
    Atau mungkin saja bule yang mengaku bernama Van der Spek ini adalah wartawan dari Belanda. Bersama kawannya mereka meliput tentang kebiasaan polisi yang memalak para turis di Bali. Ini dilihat dari hasil rekaman tersebut, dan pertanyaan yang diajukan Van der Spek ketika bercakap-cakap sambil minum bir dengan si polisi.
    Perkembangan terkini, menurut Kompas.com, Kapolda Bali Irjen Pol. Irfan Wachyunadi mengatakan, polisi yang ternyata bernama Aipda Komang Sarjana, anggota Polsek Kuta Utara itu telah dibebastugaskan sementara untuk diperiksa Propam Polda Bali.

    Minggu, 27 Januari 2013

    Sejarah Kota Surabaya - Indonesia

    By: copy paste uye On: 19.13
  • Share The Gag
  • Menurut cerita yang beredar dimasyarakat, asal usul nama Surabaya berasal dari cerita mitos masyarakat yaitu pertempuran antara sura (ikan hiu) dan baya dan akhirnya menjadi kota Surabaya. Kota Surabaya merupakan kota terbesar kedua di indonesia setelah Kota Jakarta. Surabaya sebagai ibukota Provinsi Jawa Timur, Indonesia dengan jumlah penduduk metropolisnya yang mencapai 3 juta jiwa. Surabaya merupakan pusat bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di kawasan Indonesia timur. 
    Surabaya juga terkenal dengan sebutan Kota Pahlawan karena sejarahnya yang sangat diperhitungkan dalam perjuangan merebut kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajah. Secara geografis, Kota Surabaya terletak di tepi pantai utara provinsi Jawa Timur. Wilayahnya berbatasan dengan Selat Madura di Utara dan Timur, Kabupaten Sidoarjo di Selatan, serta Kabupaten Gresik di Barat. Berikut ini dapat kita pelajari tentang sejarah kota Surabaya dari sebelum kedatangan belanda, zaman hindia belanda hingga pertempuran mempertahankan Surabaya.

    Sejarah Kota Surabaya Sebelum Kedatangan Belanda
    Surabaya dulunya merupakan gerbang Kerajaan Majapahit, yakni di muara Kali Mas. Bahkan hari jadi Kota Surabaya ditetapkan sebagai tanggal 31 Mei 1293. Hari itu sebenarnya merupakan hari kemenangan pasukan Majapahit yang dipimpin Raden Wijaya terhadap pasukan kerajaan Mongol utusan Kubilai Khan. Pasukan Mongol yang datang dari laut digambarkan sebagai ikan SURO (ikan hiu/berani)dan pasukan Raden Wijaya yang datang dari darat digambarkan sebagai BOYO (buaya/bahaya), jadi secara harfiah diartikan berani menghadapi bahaya yang datang mengancam. Maka hari kemenangan itu diperingati sebagai hari jadi Surabaya.
    Pada abad ke-15, Islam mulai menyebar dengan pesat di daerah Surabaya. Salah satu anggota wali sanga, Sunan Ampel, mendirikan masjid dan pesantren di daerah Ampel. Tahun 1530, Surabaya menjadi bagian dari Kesultanan Demak.
    Menyusul runtuhnya Demak, Surabaya menjadi sasaran penaklukan Kesultanan Mataram: diserbu Panembahan Senopati tahun 1598, diserang besar-besaran oleh Panembahan Seda ing Krapyak tahun 1610, diserang Sultan Agung tahun 1614. Pemblokan aliran Sungai Brantas oleh Sultan Agung akhirnya memaksa Surabaya menyerah. Tahun 1675, Trunojoyo dari Madura merebut Surabaya, namun akhirnya didepak VOC pada tahun 1677.
    Dalam perjanjian antara Paku Buwono II dan VOC pada tanggal 11 November 1743, Surabaya diserahkan penguasaannya kepada VOC.

    Serajah Kota Surabaya pada Zaman Hindia Belanda
    Pada zaman Hindia-Belanda, Surabaya berstatus sebagai ibukota Karesidenan Surabaya, yang wilayahnya juga mencakup daerah yang kini wilayah Kabupaten Gresik, Sidoarjo, Mojokerto, dan Jombang. Pada tahun 1905, Surabaya mendapat status kotamadya (Gemeente). Pada tahun 1926, Surabaya ditetapkan sebagai ibukota provinsi Jawa Timur. Sejak itu Surabaya berkembang menjadi kota modern terbesar kedua di Hindia-Belanda setelah Batavia.
    Sebelum tahun 1900, pusat kota Surabaya hanya berkisar di sekitar Jembatan Merah saja. Sampai tahun 1920-an, tumbuh pemukiman baru seperti daerah Darmo, Gubeng, Sawahan, dan Ketabang. Pada tahun 1917 dibangun fasilitas pelabuhan modern di Surabaya.
    Tanggal 3 Februari 1942, Jepang menjatuhkan bom di Surabaya. Pada bulan Maret 1942, Jepang berhasil merebut Surabaya. Surabaya kemudian menjadi sasaran serangan udara Sekutu pada tanggal 17 Mei 1944.

    Sejarah Kota Surabaya, Pertempuran Mempertahankan Surabaya
    Setelah Perang Dunia II usai, pada 25 Oktober 1945, 6000 pasukan Inggris-India yaitu Brigade 49, Divisi 23 yang dipimpin Brigadir Jenderal Aulbertin Walter Sothern Mallaby mendarat di Surabaya dengan perintah utama melucuti tentara Jepang, tentara dan milisi Indonesia. Mereka juga bertugas mengurus bekas tawanan perang dan memulangkan tentara Jepang. Pasukan Jepang menyerahkan semua senjata mereka, tetapi milisi dan lebih dari 20000 pasukan Indonesia menolak.
    26 Oktober 1945, tercapai persetujuan antara Bapak Suryo, Gubernur Jawa Timur dengan Brigjen Mallaby bahwa pasukan Indonesia dan milisi tidak harus menyerahkan senjata mereka. Sayangnya terjadi salah pengertian antara pasukan Inggris di Surabaya dengan markas tentara Inggris di Jakarta yang dipimpin Letnan Jenderal Sir Philip Christison.
    27 Oktober 1945, jam 11.00 siang, pesawat Dakota AU Inggris dari Jakarta menjatuhkan selebaran di Surabaya yang memerintahkan semua tentara Indonesia dan milisi untuk menyerahkan senjata. Para pimpinan tentara dan milisi Indonesia marah waktu membaca selebaran ini dan menganggap Brigjen Mallaby tidak menepati perjanjian tanggal 26 Oktober 1945.
    28 Oktober 1945, pasukan Indonesia dan milisi menggempur pasukan Inggris di Surabaya. Untuk menghindari kekalahan di Surabaya, Brigjen Mallaby meminta agar Presiden RI Soekarno dan panglima pasukan Inggris Divisi 23, Mayor Jenderal Douglas Cyril Hawthorn untuk pergi ke Surabaya dan mengusahakan perdamaian.
    29 Oktober 1945, Presiden Soekarno, Wapres Mohammad Hatta dan Menteri Penerangan Amir Syarifuddin Harahap bersama Mayjen Hawthorn pergi ke Surabaya untuk berunding.
    Pada siang hari, 30 Oktober 1945, dicapai persetujuan yang ditanda-tangani oleh Presiden RI Soekarno dan Panglima Divisi 23 Mayjen Hawthorn. Isi perjanjian tersebut adalah diadakan perhentian tembak menembak dan pasukan Inggris akan ditarik mundur dari Surabaya secepatnya. Mayjen Hawthorn dan ke 3 pimpinan RI meninggalkan Surabaya dan kembali ke Jakarta.
    Pada sore hari, 30 Oktober 1945, Brigjen Mallaby berkeliling ke berbagai pos pasukan Inggris di Surabaya untuk memberitahukan soal persetujuan tersebut. Saat mendekati pos pasukan Inggris di gedung Internatio, dekat Jembatan merah, mobil Brigjen Mallaby dikepung oleh milisi yang sebelumnya telah mengepung gedung Internatio.
    Karena mengira komandannya akan diserang oleh milisi, pasukan Inggris kompi D yang dipimpin Mayor Venu K. Gopal melepaskan tembakan ke atas untuk membubarkan para milisi. Para milisi mengira mereka diserang / ditembaki tentara Inggris dari dalam gedung Internatio dan balas menembak. Seorang perwira Inggris, Kapten R.C. Smith melemparkan granat ke arah milisi Indonesia, tetapi meleset dan malah jatuh tepat di mobil Brigjen Mallaby.
    Granat meledak dan mobil terbakar. Akibatnya Brigjen Mallaby dan sopirnya tewas. Laporan awal yang diberikan pasukan Inggris di Surabaya ke markas besar pasukan Inggris di Jakarta menyebutkan Brigjen Mallaby tewas ditembak oleh milisi Indonesia.
    Letjen Sir Philip Christison marah besar mendengar kabar kematian Brigjen Mallaby dan mengerahkan 24000 pasukan tambahan untuk menguasai Surabaya.
    9 November 1945, Inggris menyebarkan ultimatum agar semua senjata tentara Indonesia dan milisi segera diserahkan ke tentara Inggris, tetapi ultimatum ini tidak diindahkan.
    10 November 1945, Inggris mulai membom Surabaya dan perang sengit berlangsung terus menerus selama 10 hari. Dua pesawat Inggris ditembak jatuh pasukan RI dan salah seorang penumpang Brigadir Jendral Robert Guy Loder-Symonds terluka parah dan meninggal keesokan harinya.
    20 November 1945, Inggris berhasil menguasai Surabaya dengan korban ribuan orang prajurit tewas. Lebih dari 20000 tentara Indonesia, milisi dan penduduk Surabaya tewas. Seluruh kota Surabaya hancur lebur.
    Pertempuran ini merupakan salah satu pertempuran paling berdarah yang dialami pasukan Inggris pada dekade 1940an. Pertempuran ini menunjukkan kesungguhan Bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan dan mengusir penjajah.
    Karena sengitnya pertempuran dan besarnya korban jiwa, setelah pertempuran ini, jumlah pasukan Inggris di Indonesia mulai dikurangi secara bertahap dan digantikan oleh pasukan Belanda. Pertempuran tanggal 10 November 1945 tersebut hingga sekarang dikenang dan diperingati sebagai Hari Pahlawan.
     
    source : http://cerita-indonesian.blogspot.com/2012/07/asal-usul-sejarah-kota-surabaya-jawa.html

    Sabtu, 15 Desember 2012

    History of Bandung - Indonesia

    By: copy paste uye On: 07.49
  • Share The Gag
  • Bandung is the capital city of West Java province. The city anciently known as Parijs van Java (Dutch) or "Paris of Java". Because it is located in the highlands, Bandung is known as a air cool. This makes Bandung as one of the tourist destinations. While the existence of public universities and many private universities in Bandung making the city is known as one of the students in Indonesia. 
    The word "Bandung" is derived from the weir or dam because terbendungnya Citarum river by boat Tangkuban lava and formed telaga.Namun for older people in Bandung say that the name "Bandung" is taken from a vessel consisting of two boats tied up alongside the boat called bandung used by the regents RA Wiranatakusumah Citarum II to navigate the river in search of a place as the new capital to replace the old capital of the named Dayeuhkolot.
     
    History 
    1. 1488 - Bangalore was established as part of the Kingdom Pajajaran. 
    2. 1799 - VOC went bankrupt so archipelago territory taken over by the Dutch government. At that time Bandung was led by Regent R.A. Wiranatakusumah II.1808 - The Netherlands raised Herman Willem Daendels as Governor-General in the archipelago after the departure of VOCs. 
    3. 1809 - Regent ordered the transfer of the capital to the regions Karapyak Cikapundung and Andawadak (Tanjungsari). 
    4. 1810 - Daendels stuck a stick in the river Cikapundung opposite the square now. "Zorg, dat terug kom hier als ik een stad is gebouwd!" (Keep, when I came back here, the city has been built "). Now the place is a focal point or KM 0 Bandung.
    5. May 25, 1810 - Daendels ask regents Parakanmuncang Bandung and moved the capital to the region. 
    6. 25 September 1810 - Daendels emigration decision issued capital of Bandung and Syria as well as the appointment of Raden Patih Parakanmuncang. Since the events of 25 September was used as the anniversary of the city of Bandung and RA Wiranatakusumah as the founding father. Now replace the street name immortalized Cipaganti, which is a residential area regent when the capital moved to the plaza now. 
    7. March 24, 1946 - Bandung scorched-earth campaign by the freedom fighters known as the 'Bandung Lake of Fire "and immortalized in the song" Halo-Halo Bandung ". 
    8. 1955 - Asian-African Conference held on 18 April 1955 at the Merdeka Building formerly named "Concordia", located on Jl. Asia and Africa, opposite the Hotel Savoy Homann. 
    9. 2005 - Asia-Africa Summit 2 
    10. In 2006 Bandung achieved the dirtiest cities of the government, it is closely related to the emergency garbage in Bandung had occurred in that year. 
    Geography
    Bandung is located at the coordinates 107 ° E and 6 ° 55 'South Latitude. Broad Bandung is 16,767 hectares. The city is geographically located in the center of the province of West Java. Thus, Bandung has a strategic value to the surrounding areas. 
    Bandung city is situated at an altitude of ± 768 m above mean sea level (mean sea level). The area north of the city of Bandung in general higher than the south. The average height in the north is ± 1050 above sea level, while the southern part is ± 675 asl. Bandung is surrounded by mountains that create a sort of basin Bandung (Bandung Basin). 
    Bandung city flowed two major rivers, the River Citarum Cikapundung and its tributaries, which generally flows to the south and meet at the Citarum River. In such conditions, southern Bandung highly vulnerable to flooding.
    Infrastructure
    Road infrastructure in the city, among other things, Pasupati bridge that connects the north and east of the city of Bandung. The bridge through the valley Cikapundung. Length of 2.8 km and a width of 30-60 m. On June 25, 2005 the bridge was officially opened. The bridge is scheduled to be a land mark in the new city of Bandung.
    Gedung SateBandung can also be reached via the motorway in Padaleunyi connecting Padalarang, Cimahi, Bandung south, and Cileunyi. Furthermore, the highway that connects Padalarang and Purwakarta (Cipularang: Cikampek-Purwakarta-Padalarang) was built. The toll road Cipularang coupled with Padaleunyi and named Purbaleunyi (Purwakarta-Bandung-Cileunyi). This road will shorten the trip between Jakarta and Bandung. With the existence of this pathway, the travel time from Jakarta to Bandung just 1.5 hours to 2 hours. Highway that connects Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) and Soreang-Pasir Koja also being considered to be built. 

    from:http://babesajabu.wordpress.com/2010/01/05/sejarah-kota-bandung/comment-page-1/#comment-5019 

    Jumat, 14 Desember 2012

    History of Semarang - Indonesia

    By: copy paste uye On: 21.55
  • Share The Gag
  • Semarang history begins more or less in the 8th century AD, the coastal area called Pragota (now a Bergota) and is part of the ancient Mataram kingdom. The area at the time it was in front of the harbor and there is a cluster of small islands. As a result of the deposition, which until now continues to progress, the current cluster together to form land. Lower part of Semarang city known today, used to be a marine. Ports is estimated to be in the Feather Market now, and extends into the Port Simongan, where a fleet of Admiral Cheng Ho in 1405 AD relies on. 
    At the end of the 15th century AD, there was a messenger of the kingdom of Demak, the Prince Made of Pandan, to spread Islam in the hills Pragota. From time to time, the more fertile region, and from the sidelines fertility came the tamarind tree charcoal (Javanese: Asem Charcoal), thus giving the name of the area became Semarang. 
    As the founder of the village, Made Pandan later also became head of the local area with an Kyai Ageng Pandan Arang I. Leadership Semarang continued by his son who holds Pandan Arang II (later known as Sunan Bayat). Under the leadership of Pandan Arang II, Semarang increasingly showing growth, thus attracting the attention of the Sultan Hadiwijaya Display. Due to the increasing requirements can be met district, Semarang regency decided to level with. 
    May 2, 1547, to coincide with the commemoration of Prophet Muhammad's Birthday, Semarang endorsed by Sultan Hadiwijaya after consultation with the Sunan Kalijaga. May 2 then defined as the anniversary of the city of Semarang. 
    In 1678, Amangkurat II of Mataram, VOC promised to give Semarang as a debt payment. He claimed the Preanger and taxes from the coastal port until the debt is paid off. In 1705, His Majesty Pakubuwono I submit Semarang to VOC as part of the deal because it has helped to seize Kartasura. Since that time, Semarang officially became a city-owned VOC and then the Dutch East Indies government. 
    In 1906, with Stanblat No. 120 of 1906, the Government established Gemeente. The city government is headed by a Burgemeester (mayor). Government System is held by the Dutch and ended in 1942 with the occupation government datangya. 
    During the Japanese government was formed headed by a military Semarang (Shico) from Japan. The head of government was accompanied by two representatives (Fuku Shico) each from Japan and the people of Indonesia. Shortly after independence, ie 15 to October 20, 1945, came the heroic young men who fought against the Japanese Semarang who insisted on not willing to surrender to the Indonesian military. This struggle is known as the Battle of Five Days in Semarang. 
    In 1946, the British on behalf of the Allies handed Semarang to the Dutch. This happened on the stairs l6 May Dated June 3, 1946, the deceit, the Dutch capture Mr. Imam Sudjahri, Semarang Mayor in power since before the proclamation of independence. During the period of Dutch occupation, no local government Semarang. But the fighters remain in government to govern in rural areas or areas outside the city of refuge until the month of December 1948. Evacuation areas to move, from city Purwodadi, Gubug, Kedungjati, Salatiga, and finally in Yogyakarta. Government leaders successively held by R. Broken, R. Prawotosudibyo, and Mr. Ichsan. Dutch occupation government, known as Recomba trying to reshape Gemeente like the days of colonial rule under the leadership of R. ago Slamet Tirtosubroto. It was not successful because recovering the sovereignty of Indonesia, the Dutch occupied territories must submit to the Commander KMKB Semarang. 1 April 1950, Major Suhardi, KMKB Commander, handing the leadership to Mr Semarang local governments. Koesoedibyono, an Interior Ministry employee high in Yogyakarta. He recast the state apparatus in order to facilitate the running of the government.

    Jumat, 07 Desember 2012

    History of Jakarta - Indonesia

    By: copy paste uye On: 23.18
  • Share The Gag
  • www.jakarta.go.id Jakarta began in a small port at the mouth of the Ciliwung River about 500 years ago. For centuries this port city later developed into a bustling center of international trade. Prior knowledge about Jakarta raised slightly through the various inscriptions found in the area of ​​the airport. Information about the city until the early arrival of the European explorers to say very little. 
    European writers report the 16th century mentions a town called Kalapa, which seems to be the main airport for a Hindu kingdom called Sunda, capital of Pajajaran, located about 40 miles inland, near the town of Bogor now. The Portuguese is a large group of Europeans first came to the airport Kalapa. The city is then attacked by a young age, named Fatahillah, from a kingdom adjacent to Kalapa. Fatahillah changed the name to Jayakarta Sunda Kalapa on June 22, 1527. This date is now celebrated as the birthday of the city of Jakarta. The Dutch came at the end of the 16th century and later mastered Jayakarta. Jayakarta name changed to Batavia. Batavia natural state swampy country like the Netherlands, their homeland. They also build canals to protect from the threat of flooding Batavia. Municipal activities centered around the field, located about 500 meters from the port. They built elegant town hall, which is the position of the center of the city government of Batavia. Gradually the city developed to the south of Batavia. Rapid growth resulted in a state of rapid deterioration lilngkungan, forcing the Dutch authorities to move the center of government higher lying areas. The area is called Weltevreden. The spirit of nationalism in Indonesia decides by students in Batavia at the beginning of the 20th century. 
    A historic decision in 1928 that triggered the Youth Pledge that contains three point declaration, which landed one water, one nation, and uphold the unity language: Indonesia. During the Japanese occupation (1942-1945), the name changed again to Jakarta Batavia. On August 17, 1945 Ir. Read the Declaration of Independence Sukarno of Indonesia in Jakarta, and Sang Saka Merah Putih was hoisted for the first time. Indonesia's sovereignty was officially recognized in 1949. At that time, Indonesia is also a member of the United Nations (UN). In 1966, Jakarta Capital gain official name of the Republic of Indonesia. This pushes the pace of government office buildings and embassies of friendly countries. The rapid development requires a master plan to manage the growth of the city. Since 1966, Jakarta is growing steadily into a modern metropolis. Cultural property following a dynamic growth is a significant contribution to Jakarta to be one of the leading metropolis of the 21st century.

         
    * Century 14 named Sunda Kelapa port as Pajajaran kingdom.
         
    * June 22, 1527 by Fatahilah, renamed Jayakarta (the date set
            
    as the anniversary of the city's decision while No. DPR city. 6/D/K/1956).
         
    * March 4, 1621 by the Netherlands for the first time the city government form called Stad
            
    Batavia.
         
    * 1 April 1905 changed its name to 'Gemeente Batavia'.
         
    * January 8, 1935 changed its name to Gemeente Batavia Stad.
         
    * August 8, 1942 by Japanese renamed Jakarta Betsu Stores Shi.
         
    * September 1945 the city government named the National Government of Jakarta.
         
    * February 20, 1950 in his administration. Federal Pre renamed Stad
            
    Gemeente Batavia.
         
    * March 24, 1950 was changed to City Praj'a Jakarta.
         
    * January 18, 1958 the position of Jakarta as autonomous area called Township
            
    Djakarta Raya.
         
    * In 1961 the PP. 2 years 1961 jo Law. 2 PNPS 1961 the Government established
            
    Special Capital Region of Jakarta.
         
    * August 31, 1964 by Act no. 10 in 1964 declared the Special Capital
            
    Jakarta remained as the capital of the Republic of Indonesia as Jakarta.
         
    * Tahun1999, melalaui uu no 34 of 1999 on the provincial special area
            
    capital of the Republic of Indonesia Jakarta, local government designation changed to
            
    dki Jakarta provincial government, the provincial otoniminya remain and
            
    not on the regions of the city, besides wiolyah dki Jakarta is divided into 6 (5 regions
            
    municipalities and one district administrative thousand islands)

    Act No. 29 of 2007 regarding Rizal province as the capital of the Republic of Indonesia (State Gazette of the Republic of Indonesia Year 2005 Number 140, Supplement to State Gazette of the Republic of Indonesia Number 4700).

    Wayang Kulit in Indonesia

    By: copy paste uye On: 18.41
  • Share The Gag
  • Wayang Kulit, is a type of puppet shadow play performed around the Indomalayan archipelago, tracing its origins to India. It is derived from a Javanese Hindu-Buddhist tradition, where hand-crafted leather puppets depict epic stories of the gods in shadow play. A traditional Gamelan orchestra would accompany the story-telling.

    Definition
    Wayang, in modern Indonesian language, is loosely translated to mean "show" or "performance". Kulit means "skin", a reference to the leather material that the figures are carved out of. Some attribute the word wayang to the Indonesian word bayang which means "shadow". It is also believed that the word wayang has its roots in two earlier words: waya which means "ancestors" and ang which means "a symbol". The term wayang kulit is also used as an idiom to refer to the behind-the-scenes manouverings in the political arena.

    The Puppets
    The puppets come in all sizes, ranging from 25 cm to 75 cm. A basic village set has over a hundred puppets and there are as many as 500 puppets in a palace set. The important characters are usually represented by several versions in a set. The puppets are usually made out of buffalo and goat hide and mounted on bamboo sticks. The best puppets are made from young female water buffalo parchment and the curing can take up to ten years.

    The Show
    In a shadow puppet play, the puppets are moved behind a cotton or linen screen by a Dalang, or a "Puppetmaster". The Dalang tells the story, interprets characters and voices for each character, producing sound effects with speech and movement. He manipulates all the figures between the lamp and the screen to bring the shadows to life. 
    Most shadow play is based on two epic stories from India - the Mahabarata and it's sister work, the Ramayana. The Balinese and Javanese have combined the Hindu stories with Buddhist and Muslim ideas mixed with their own folklore.
    Shadow play is accompanied by a Gamelan orchestra, an Indonesian orchestra. Many styles of Gamelan instruments exist throughout Indonesia. Each area has a slightly different approach to accompaniment, though most share the same root traditions. Gamelan players respond to the spontaneous timing and direction of the Dalang. The repertoire typically consists of an overture, music for travelling, character pieces, and battle music.

    One of Singapore's last Dalangs was Wak Taslim Harjosanajo who died in 1985.

    and the best Dalangs in Indonesia is ki Manteb Sudarsono